Pages

Tuesday, October 27, 2009

Topeng

Seorang penjual topeng tampak berdiri di tepi jalan. Ia perhatikan kendaraan dan orang lalu lalalng. Setiap akli ada tanda2 calon pembeli menghampiri, tukang topeng pun memperlihatkan aneka topeng yang dijajakan. Tak sungkan, beberapa topeng ia kenakan secara bergantian.

“Silakan, Pak, Bu. Topeng hebat. Nyaman di muka. Nggak bikin gerah! Ayo siapa mau beli?” teriaknya sambil memperlihatkan aneka topeng di kedua tangannya.

Buat sebagian orang, hidup tak ubahnya seperti arena berpose mengenakan topeng. Ada topeng dengan sosok bijak, ada topeng berwajah cantik nan menawan, ada topeng seram seperti gorila, dan ada topeng lucu menyerupai badut.

Tak sembarang orang bisa menebak karakter asli si pemakai topeng. Seluruh karakter topeng begitu menyatu dalam diri si pemakai. Kalau bukan karena hubungan lama dan dekat, nyaris, tak seorang pun bisa memastikan apakah seseorang sedang mengenakan topeng atau tidak.

Semakin mahal topeng yang diperankan, semakin nyaman topeng dikenakan. Persis seperti yang diungkapkan sang penjual topeng, ”Pokoknya seperti tidak memakai topeng!”



1 comment:

  1. Hampir semua orang mengguakan topeng dalam kesehariannya, banyak ragam motifasi hingga seseorang menggunakan topeng, ada yang menutupi kekurangannya, ada yang menutupi keburukannya dan ada juga yang tidak percaya diri dengan keadaannya, ada yang... ada yang... ada yang.... dan banyak lagi tujuan orang-orang memakai topeng.

    Namun ada satu orang di dunia ini yang tidak pernah memakai topeng, dia adalah orang yang tampil menjadi dirinya sendiri, orang yang selalu berpikir, bicara dan bertindak apa adanya dia.

    Saya yakin, kalau kita menjadi diri sendiri dan apa adanya, pasti akan lebih banyak orang-orang yang menyukai kita, meskipun ada juga orang-orang yang membenci kita dengan alasan yang sama.

    Jadi tunggu apa lagi... buka dulu topengmu... buka dulu topengmu... biar kulihat warnamu... biar kulihat warnamu...( seperti lagunya peterpan)

    ReplyDelete